MAKALAH
KONSEP DASAR INOVASI PENDIDIKAN
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Inovasi Pendidikan
Dosen Pengampu
: Imam Mudin, M.Pd
Disusun oleh :
IFAN MAULANA (12520.9526)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SABILI BANDUNG
2024
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin,puja
puji syukur kepada Allah SWT, kami ucapkan atas selesainya makalah ini. Atas berkat
rahmat – Nya makalah ini dapat selesai tepat waktu.
Penulis
ucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Imam Mudin, M.Pd yang
merupakan dosen pengampu Mata Kuliah Inovasi Pendidikan ini serta pihak-pihak yang bersangkutan yang telah
membantu,sehingga makalah ini bisa terselesaikan.
Meskipun
demikian penulis menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna ,oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun dari semua pihak, menjadi harapan bagi penulis
guna perbaikan selanjutnya.
Akhirnya
permohonan dan harapan semoga apa yang telah kami lakukan mendapat ridho dan
kebaikan dari Allah SWT,serta bermanfaat bagi para pembaca sebagai jembatan
ilmu pengetahuan. Amin.
Garut,
29 Maret 2024
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………..ii
BAB I : PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ……………………………………………………………………………………1
B.
Rumusan Masalah ………………………………………………………………………………...1
C. Tujuan
.............................................................................................................................................1
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Inovasi Pendidikan..............................................………………………………..…….2
B. Sumber Terjadinya Inovasi.......................................................................…………...…………....4
C. Karakteristik Inovasi Pendidikan...........................................
.........................................................8
D. Inovasi Pendidikan Agama Islam
..................................................................................................10
BAB III : PENUTUP
A.
Kesimpulan ………………………………………………………………………………....11
DAFTAR
PUSTAKA ……………………………………………………………………………....12
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu penentu dalam meningkatkan kemajuan suatu
bangsa. Melalui pendidikan
dapat menjadikan masyarakat yang cerdas memiliki keterampilan dan keahlian
serta mampu menghadapi tantangan, perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, dan akhirnya masyarakat akan mampu bersaing dengan bangsa lain
dalam era globalisasi. Mengingat pentingnya peranan pendidikan,
maka perlu dilakukan peningkatan kualitas pendidikan. Berbagai upaya harus
dilakukan dan diselesaikan dengan memuat perubahan dan perkembangan yang menuju
kearah kualitas pendidikan secara terprogram, terarah, intensif, efektif dan efisien.
Dalam memenuhi tuntutan
yang kuat untuk meningkatkan kualitas pendidikan maka diperlukan perubahan atau
inovasi dalam pendidikan seperti dalam bidang manajemen pendidikan, metodologi
pengajaran, media, sumber belajar, pelatihan guru, dan implementasi kurikulum.
Inovasi tersebut perlu dilakukan karena melalui program inovasi dalam bidang
pendidikan, diharapkan kualitas pendidikan dapat terwujud dan memiliki
kesesuaian dengan perubahan yang ada di masyarakat, sehingga pendidikan mampu
mampu menciptakan masyarakat yang madani.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apakah yang dimaksud Inovasi Pendidikan?
2. Apa saja sumber terjadinya Inovasi?
3. Apa
karakteristik Inovasi Pendidikan
4.
Bagaimana Inovasi Pendidikan Agama Islam ?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian Inovasi Pendidikan dan Pembelajaran.
2.
Untuk mengetahui sumber terjadinya Inovasi.
3.
Untuk mengetahui apa saja karakteristik Inovasi Pendidikan.
4.
Untuk mengetahui Inovasi Pendidikan Agama Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Inovasi Pendidikan
Menurut
Tjipto Subadi (2011) menjelaskan pengertian inovasi pendidikan, secara etimologi inovasi berasal dari kata latin innovation yang berarti pembaharuan atau
perubahan. Kata kerjanya innovo yang
artinya memperbaharui dan mengubah. Jadi inovasi ialah suatu perubahan yang
baru menuju kearah perbaikan yang lain atau berbeda dari yang ada sebelumnya,
yang dilakukan dengan sengaja dan berencana (tidak secara kebetulan).
Inovasi
Pendidikan menurut Ibrahim (1988) dalam buku Tjipto Subadi (2011) mengemukakan
bahwa inovasi pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau inovasi
untuk memecahkan masalah pendidikan. Jadi, inovasi pendidikan adalah suatu ide,
barang, metode yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang
atau kelompok orang (masyarakat), baik berupa hasil intervensi (penemuan baru)
atau discovery (baru ditemukan orang), yang digunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan atau memecahkan masalah pendidikan nasional.
Inovasi
(pembaharuan) terkait dengan invention
dan discovery. Invention adalah suatu penemuan sesuatu yang benar benar baru,
artinya hasil kreasi manusia. Penemuan sesuatu (benda) itu sebelumnya belum
pernah ada, kemudian diadakan dengan bentuk kreasi baru. Discovery adalah suatu penemuan (benda), yang benda itu sebenarnya
telah ada sebelumnya, tetapi semua belum diketahui orang. Jadi, inovasi adalah
usaha menemukan benda yang baru dengan jalan melakukan kegiatan (usaha) baik invention dan discovery.
Menurut
Muhammad Kristiawan dkk (2018) Innovation
(inovasi) adalah suatu ide, barang, kejadian, atau metode yang dirasakan atau
diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang, baik
itu berupa hasil diskoveri maupun invensi. Tujuan diadakan inovasi adalah untuk
memecahkan suatu masalah tertentu. Dengan demikian, dapat dikatakan inovasi
bersifat subyektif dan spesifik.
Menurut
Syafaruddin dkk (2012) Inovasi Pendidikan adalah Istilah “inovasi” merupakan
kata yang menarik dalam manajemen pada tiga dasawarsa belakangan. Para pimpinan
bisnis dan politisi dalam memenangkan persaingan selalu menggunakan istilah
inovasi atau perubahan radikal sebagai jargon kompetisi dan perjuang bisnis
dalam kiprahnya.
Secara
singkat inovasi dimaksudkan sebagai “pembaharuan”, baik berupa idea atau
gagasan, kelakuan atau benda, sebagaimana dinyatakan bahwa: “An innovation is
here defined as any thought, behavior, or thing that is new because it is
qualitatively different from existing forces” demikian pendapat Barnett,
(1953:7) sebagaimana dikutip oleh Asy’ari (tt:70). Pendapat lain dari
Kluchnikov (1976) sebagaimana dikemukakan Mauegha (1982:90) membedakan antara
perubahan, inovasi dan pembaharuan, yaitu: 1. Perubahan, adalah; mempunyai arti
yang sangat luas dan tidak selalu harus berarti suatu peningkatan. Istilah ini
mempunyai konotasi baik dengan kemajuan maupun dengan kemunduran. 2. Inovasi,
berhubungan dengan pendidikan diinterpretasikan sebagai peningkatan dari teknik
pendidikan yang relatif bersifat sebagian atau fragmentaris. Jadi secara umum
hal ini terbatas pada perluasan dan peningkatan teknik pendidikan yang ada dan
tidak mutlak harus bertentangan secara fundamental dengan praktik yang ada. 3.
Pembaharuan, istilah ini juga berhubungan dengan peningkatan yang secara umum
dapat meliputi beberapa aspek inovasi tetapi yang berkelanjutan.
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, inovasi diartikan pemasukan atau pengenalan hal-hal yang
baru; pembaharuan atau penemu-an baru yang berbeda dari yang sudah ada atau
yang sudah dikenal sebelumnya (gagasan, metode, atau alat).
Menurut
Rusdiana (2014:46) Inovasi pendidikan adalah inovasi untuk memecahkan
masalah dalam pendidikan. Inovasi pendidikan mencakup hal-hal yang berhubungan
dengan komponen sistem pendidikan, baik dalam arti sempit, yaitu tingkat
lembaga pendidikan, maupun arti luas, yaitu sistem pendidikan nasional. Inovasi pendidikan adalah suatu ide, barang, metode
yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau
sekelompok orang (masyarakat), baik berupa hasil inversi (penemuan baru) atau
discovery (baru ditemukan orang), yang digunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan atau untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Beberapa
pengertian Inovasi diatas , dapat disimpulkan bahwa Inovasi Pendidikan adalah
suatu ide, gagasan, atau perubahan yang baru untuk menuju kearah perbaikan atau
pembaharuan ke arah yang positif.
B.
Sumber Terjadinya Inovasi
Ada beberapa
masalah yang menyebabkan perlunya melakukan sebuah inovasi dalam pendidikan,
seperti beberapa hal yang dikemukakan oleh Drucker (1993) dan juga dikutip oleh
Sudarwan Danim (2002) sebagai sumber terjadinya inovasi yaitu diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Kondisi yang tidak diharapkan (The
unexpected).
Pembaharuan cenderung didasarkan pada hasil
perencanaan manusia itu sendiri. Dengan munculnya kondis yang tidak diharapkan manusia
(unexpected condition), seperti mutu layanan pendidikan di sekolah yang sangat
rendah, pengelolaan dana pendidikan tidak efisien, proses promosi guru yang
berjalan tidak sesuai harapan. Hal ini terjadi karena pengelolaan administrasi
tidak berjalan secara profesional. Kondisi yang tidak sesuai dengan harapan
tersebut dapat mendorong untuk berpikir inovatif agar sisitem aplikasinya lebih
baik.
2. Munculnya ketidakwajaran
(The incongruity)
Ketidakwajaran
dapat muncul selama proses pendidikan di sekolah atau pada hasil yang dicapai.
Seperti rumitnya sebuah prosedur administrasi di sekolah, sehingga
ketidakwajaran tersebut dapat melahirkan inovasi baru, misalnya dengan
menyederhanakan prosedur, menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk berbagai
keperluan sekolah. Munculnya hal-hal yang negatif tersebut dapat menstimulus
seseorang untuk membuat keputusan inovatif dalam pendidikan.
3. Ketidaksesuaian
antara Pendidikan Formal dengan Kebutuhan Dunia Kerja.
Perubahan jenis tenaga
yang diperlukan pasar tenaga kerja misalnya merupakan sumber inspirasi bagi
sekolah untuk membuat suatu keputusan inovasi dalam lembaga sekolah. Pada saat
ini ada ketidak sesuai antara keahlian yang dipersiapkan di dunia pendidikan
dengan dunia kerja. Tantangan besar lembaga pendidikan adalah kemampuannya
dalam menyediakan kebutuhan tenaga kerja bagi dunia usaha. Pada masa kini,
masyarakat menuntut adanya lembaga pendidikan yang benar-benar mampu diandalkan
untuk melahirkan generasi yang siap bekerja dengan pembekalan keterampilan yang
dibutuhkan dunia kerja. Dengan demikian pengajaran yang berbasis teoritis
diarahkan kepada pelatihan yang bersifat praktis, program pengembangan diri
yang lebih berorientasi pada pengembangan keahlian.
5.
Kemajuan
Perkembagan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi sangat cepat dan menjadi bagian dari kehidupan
manusia yang sangat integral. Kemajuan tersebut
memengaruhi seluruh kehidupan manusia baik di bidang sosial, ekonomi, politik,
pendidikan, maupun di dalam kebudayaan. Pendidikan merupakan satu segmen dalam
kehidupan manusia yang sangat dinamis untuk memperoleh perubahan, karena
pendidikan merupakan bagian yang sangat integral dalam kehidupan manusia. Oleh
karena itu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi akan selalu berpengaruh
dalam dunia pendidikan. Dengan demikian guru dituntut untuk terampil, kreatif,
dan aktif sesuai dengan tuntutan dan keinginan masyarakat luas.
5. Tuntutan
Sosial dan Budaya
Bertambahnya
keinginan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang memadai sesuai tuntutan
zamannya. Berkembangya ilmu pengetahuan dan teknologi akan mempengaruhi
perkembangan kebutuhan manusia dan juga perkembangan budaya. Tuntutan sosial
kekinian menjadi keniscayaan yang harus diperhatikan dan fasilitasi. Dunia
pendidikan juga harus mampu tuntutan tersebut. Dunia pendidikan juga harus
memiliki relevansi yang baik dengan dunia kerja agar output lembaga pendidikan
dapat menjawab tuntutan sosial.
6.
Kebutuhan
akan Pendidikan yang Lebih Baik
Banyaknya lembaga pendidikan yang ditawarkan pada masa
kini membuat masyarakat semakin selektif untuk memilih lembaga pendidikan yang
sesuai dengan ideologi mamupun nilai kehidupan yang dianut. Bahkan masalah
biaya pendidikan terkadang tidak dipedulikan yang penting sesuai dengan
ideology maupun nilai hidup yang dianut. Upaya inovasi dalam pendidikan sangat
erat kaitannya dengan tantangan dan persoalan yang dihadapi oleh dunia
pendidikan dewasa ini. Salah satu penyebabnya adalah kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Kemajuan tersebut menjadi bagian yang mempengaruhi aspirasi
masyarakat. Pada umumnya masyarakat mendambakan pendidikan yang lebih baik,
namun di sisi lain, kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik
sangat terbatas. Dengan kondisi demikian, munculah kompetisi
atau persaingan yang sangat ketat di institusi pendidikan. Kompetisi tersebut
melahirkan sekolah-sekolah favorit atau unggulan.
7.
Kondisi Demografis
(Demographies)
Variasi
kondisi demografis memunculkan variasi terhadap perilaku individu dalam suatu
lembaga pendidikan. Di sekolah-sekolah tradisional yang tidak memiliki
fasilitas penerangan (listrik) misalnya, seorang kepala sekolah tidak akan
pernah berfikir menghimpun dana untuk membeli oberhead projector atau televise
dalam rangka membantu kelancaran proses belajar mengajar. Kondisi demografis
juga memberi efek terhadp prilaku individu dalam suatu sekolah dan perilaku
peserta didik secara keseluruhan. Contoh di daerah pertanian, yang guru dan
orang tua peserta didik melakukan usaha tani, angka membolos (absenteism)
cenderung meningkat pada saat memulai penggarapan lahan atau pada saat musim
panen tiba. Pemahaman terhadap kondisi demografis ini sangat diperlukan,
terutama untuk membuat terobosan baru dalam rangka menanggulangi serba
keterbatasan. Berdasarkan kondisi geografis ini seyogyanya guru tidak boleh
pasrah dengan keadaan, misalnya keterbatasan alat bantu untuk kegiatan
pembelajaran peserta didik. Mengapa tidak alat peraga tersebut diambil dari
alam atau peserta didik dibawa kea lam terbuka. Untuk memfasilitasi proses
kegiatan pembelajaran di lembaga pendidikan sangat diperlukan adanya sarana dan
prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana yang terbatas akan mempengaruhi
hasil pembelajaran. Dengan demikian lembaga pendidikan harus menyiasati
keterbatas yang ada agar mampu menyukseskan pembelajaran.
8.
Pengetahuan Baru
(New knowledge)
Para
guru dan staf sekolah lainnya dalam suatu lembaga pendidikan dapat memperoleh
informasi baru dari berbagai sumber bacaan, forumforum ilmiah, lokakarya,
penataran, pelatihan, internet dan sebagainya. Pengetahuan baru ini juga dapat
diperoleh melalui eksperimen berskala kecil (sekarang sedang tren di sekolah
‘penelitian tindakan kelas’) yang dilakukan sendiri atau kelompok atau
penerapan eksperimen para ahli. Dilihat dari sumbet terjadinya perubahan dan
pembaharuan, pengetahuan baru sebagai sumber inovasi dapat dibedakan menjadi
dua kategori (Sudarwan Danin, 2002:153) yaitu Pertama perubahan-perubahan yang
bersifat adaptif pada satu pihak dan pengembangan dipihak lain. Kedua,
perubahan-perubahan yang bersifat alokatif pada satu pihak dan inovatif dipihak
lain.
9.
Perubahan persepsi, suasana dan makna
(Changes in perception, mood and meaning) Inovasi yang bersumber dari perubahan
persepsi, suasana dan makna, pada umumnya disebabkan penerimaan dan penafsiran
individu atas informasi yang diterimanya dari lingkungan. Informasi ini dapat
diperoleh melalui media massa, (seperti surat kabar, televisi, radio, majalah),
internet dan juga dapat diperoleh berdasarkan pengalaman lapangan seperti
karyawisata.
Berdasarkan pendapat ahli, dapat disimpulkan bahwa
sumber-sumber inovasi terdiri dari (1) berasal dari individu sebagai
bagian dari system social; (2) berasal dari organisasi/lembaga sebagai bagian
dari system social dan (3) berasal dari kondisi lingkungan alam atau
demografis.
1. Berasal dari individu sebagai bagian dari system social maksudnya bahwa
sumber-sumber inovasi dapat muncul dari individu sebagai pribadi. Individu yang
bagaiamana yang menjadi sumber inovasi ? Adalah individu yang memiliki
karakteristik pribadi seperti sikap terbuka terhadap perubahan, kreatif,
rasa ingin tahu yang kuat tentang sesuatu, dan sebagainya. Sifat-sifat pribadi
tersebut senantiasa memunculkan kebutuhan-kebutuhan tentang sesuatu. Kebutuhan
akan perubahan, kebutuhan akan adanya jawaban terhadap permasalahan,
kebutuhan akan informasi dan sebagainya. Kondisi isi akan memunculkan
rasa ingin tahu, pencarian tentang sesuatu (ide, gagasan, cara, metode
dsb.), berani bereksperimen, melakukan research. Di sekolah sumber
inovasi bisa datang dari pribadi-pribadi guru, yang berangkat dari adanya
masalah dan tantangan yang dihadapi. Munculnya
keinginan atau kebutuhan untuk menyelesaikan masalah dan tantangan tersebut.
Misalnya masalah dalam menerapkan metodologi penelitian, masalah prilaku
menyimpang para siswa, maslah prestasi beljar siswa, masalah lanjutan studi
sisw dan sebagainaya. Guna terpenuhinya kebutuhan atasa masalah tersebut, guru
melakukan penelitian, eksperimen, mencari informasi dan pengetahuan baru
sehingga melahirkan suatu ide baru, gagasan-gagasan baru yang dapat
diaplikasikan di sekolah.
2. Kelompok/organisasi
dalam suatu system social, Sumber inovasi bisa berasal dari
suatu organisasi atau kelompok social, misalnya lembaga-lembaga swadaya
masyarakat (LSM), orgnisasi kemasyarakat, lembaga keagamaan, sampai pada
lembaga pemerintahan (eksekutif, legislative dan yudikatif). Semua lembaga atau
organisasi tersebut bisa menjadi sumber inovasi. Termasuk di dalamnya adalah
aspek norma-norma social, nilai (value), para pemegang otoritas,
pejabat, agen perubahan dalam suatu organisai, kepala-kepala lembaga penidikan
(ilmuwan) juga dapat menjadi sumber inovasi.
3. Kondisi
Lingkungan Alam (demografis); Kondisi lingkungan alam sekitar
termasuk di dalamnya sumber daya alam yang ada dalam suatu system social dapat
menjadi pemicu terjadinya inovasi atau pembaharuan. Atau sebaliknya, dapat
menghambat proses terjadinya proses pembaharuan atau inovasi.
C.
Karakteristik Inovasi Pendidikan
Menurut
Muhammad Kristiawan dkk (2018) Karakteristik Inovasi Pendidikan bisa dipahami
berdasarkan kata Karakteristik dan Inovasi Pendidikan. Karakteristik adalah
ciri khas atau bentuk-bentuk watak atau karakter yang dimiliki oleh setiap
individu, corak tingkah laku, tanda khusus. Inovasi pendidikan ialah suatu ide,
barang, metode yang di rasakan atau di amati sebagai hal yang baru bagi
seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik berupa hasil invensi atau discovery yang digunakan untuk mencapai
tujuan pendidikan untuk memecahkan masalah pendidikan.
Karakteristik
inovasi pendidikan antara lain relative
advantage, artinya relatif berguna dibandingkan dengan yang telah ada
sebelumnya; compatibility, artinya
apakah inovasi tersebut akan konsisten terhadap nilai-nilai, pengalaman dan
kebutuhan para adopter; testability,
artinya seberapa jauh inovasi tersebut bisa diujicobakan di sekolah-sekolah
atau di lembaga pendidikan; observability,
artinya apakah inovasi tersebut dapat diperlihatkan secara nyata hasilnya
kepada peserta didik dan Apakah kita bisa melihat variasi-variasi saat
mengaplikasikan inovasi tersebut; complexity,
artinya apakah guruguru memerlukan pelatihan untuk mengaplikasikan inovasi
tersebut dan apakah akan menambah tugas kerja guru.
Cepat lambatnya
penerimaan inovasi, termasuk inovasi pendidikan oleh masyarakat luas
dipengaruhi oleh karakteristik inovasi. Menurut Rogers (1983: 1415) dalam
bukunya Rusdiana (2014:91), karakteristik inovasi pendidikan adalah sebagai
berikut:
1.
Keunggulan relatif, yaitu sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan bagi
penerimanya. Tingkat keuntungan atau kemanfaatan suatu inovasi dapat diukur
berdasarkan nilai ekonominya, atau dari faktor status sosial (gengsi),
kesenangan, kepuasan, atau karena mempunyai komponen yang sangat penting.
Semakin besar keunggulan relatif dirasakan oleh pengadopsi, semakin cepat
inovasi dapat diadopsi.
2.
Kompatibel
(compatibility), yaitu tingkat
kesesuaian dengan nilai (values),
pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima. Sebagai contoh, jika inovasi
teknologi pendidikan, yaitu suatu konsep pendidikan yang mempunyai persamaan
dengan pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam menyampaikan
informasi. Di antara keduanya ada yang berbeda. Dalam teknologi pendidikan yang
lebih diutamakan adalah pembentukan dan penguasaan kompetensi atau
kemampuankemampuan praktis, bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya lama.
3.
Kompleksitas (complexity), yaitu
tingkat kesukaran untuk memahami dan manggunakan inovasi bagi penerima.
4.
Trialabilitas (trialability), yaitu
dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima.
5.
Dapat diamati (obsevability), yaitu mudah diamati atau tidaknya suatu hasil
inovasi oleh penerima.
Menurut Rogers dan
Shoemaker (1987:26) dalam bukunya Syafaruddin dkk (2012) kebaruan dalam inovasi itu diukur secara
subjektif, menurut pandangan individu yang menangkapnya. Jika suatu ide
dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi (bagi orang itu). Dalam hal
ini “baru” dalam ide yang inovatif tidak berarti harus baru sama sekali. Dari
contoh di atas, tampak bahwa inovasi memiliki beberapa ciri. Adapun ciri-ciri
suatu inovasi yang dikemukakan oleh Rogers adalah sebagai berikut:
1)
Adanya keuntungan relatif, yaitu sejauh
mana satu inovasi dianggap menguntungkan bagi penerimanya. Tingkat keuntungan
atau kemanfaatan suatu inovasi dapat diukur berdasarkan nilai ekonominya atau
dari faktor sosial, kesenangan, kepuasan, atau karena mempunyai komponen yang
sangat penting. Dengan semakin menguntungkan bagi penerima makin cepat
tersebarnya inovasi. Dalam hal ini penggunaan kompor gas yang lebih hemat telah
memberikan keuntungan pada banyak pihak.
2)
Bersifat “kompatibel”, yaitu tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai,
pengalaman lalu dan kebutuhan dari penerima. Inovasi yang tidak sesuai dengan
nilai atau norma yang diyakini oleh penerima tidak akan diterima secepat
inovasi yang sesuai dengan norma yang ada di masyarakat. Misalnya
penyebarluasan penggunaan alat kontrasepsi di masyarakat yang keyakinan
agamanya melarang penggunaan alat tersebut maka tentu saja penyebaran inovasi
akan lambat, bahkan terhambat.
3)
Bersifat “kompleksitas”, yaitu suatu
inovasi memiliki tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi
penerimanya. Misalnya, penyuluh kesehatan memberitahu masyarakat pedesaan untuk
membiasakan memasak air yang akan diminum. Sedangkan masyarakat tidak
mengetahui tentang teori penyebaran penyakit melalui kuman yang terdapat pada
air minum, tentu saja penyuluhan, ajakan atau imbauan tersebut sukar untuk
diterima, sebelum penyuluh kesehatan memberikan pengarahan tentang penyebaran
berbagai penyakit yang berasal dari air minum dan sanitasi yang tidak sehat.
4)
Bersifat “triabilitas”, yaitu suatu
inovasi yang ada apakah dapat dicoba atau tidak dalam kehidupan penerima. Suatu
inovasi harus benar-benar dapat dicobakan oleh penerima. Misalnya, penyebaran
secara luas penggunaan bibit unggul padi “gogo” akan cepat diterima oleh
masyarakat jika masyarakat dapat mencoba dulu untuk menanam dan dapat melihat
hasilnya.
5)
Bersifat “observabilitas”, yaitu suatu inovasi benar-benar dapat diamati
hasilnya atau keuntungannya. Karena itu inovasi harus mudah diamati hasil yang
ditimbulkannya. Misalnya, untuk mengajak para petani yang tidak dapat membaca
dan menulis dalam belajar membaca dan menulis. Namun tindakan tersebut tidak
segera diikuti oleh para petani karena mereka tidak cepat melihat hasilnya
secara nyata.
Dari beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan
bahwa karakteristik inovasi pendidikan antara lain 1) keunggulan reatif,
manfaat, menguntungkan pengguna, ekonomis, kepuasan pengguna; 2) kompleksitas,
kerumitan, tingkat kesulitan; 3) kompatibilitas, kesesuaian dengan nilai,
kesesuaian dengan pengalaman, kesesuaian dengan kebutuhan; 4) trialabilitas,
dapat diuji coba, bergerak dan fakta; dan 5) observability, dapat diamati,
terlihat, dapat dirasakan.
D. Inovasi
Pendidikan Agama Islam
Kejayaan Islam dalam ilmu pengetahuan mengalami
kemunduran setelah kota Baghdad yang merupakan pusat ilmu pengetahuan
dihancurkan oleh tentara Mongol pada 1258. Jackson (Ed).(1978:186-243) Meskipun
kejayaan Islam masih berlanjut hingga berakhirnya Turki Ustmani, namun dalam
bidang ilmu pengetahuan umat Islam mengalami kemunduran, karena umat Islam
ketika itu kurang tertarik kepada sains, sebagaimana umat Islam pada masa
sebelumnya. Ummat Islam mulai sadar akan ketertinggalannya dari dunia Barat
pada sekitar abad ke-19. Negara Islam di bagian Barat dan Timur membuka mata
umat Islam untuk menyaingi Barat. Dengan demikian, jelaslah bahwa penyebab
lahirnya inovasi dalam pendidikan Islam bukan akibat adanya pertentangan antara
kaum agama dan ilmuwan sebagaimana dalam agama Kristen, melainkan karena adanya
perasaan tertinggal dari kemajuan dunia Barat.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dicapai Barat telah menggeser
pandangan hidup manusia serta melahirkan terma-terma baru, seperti nasionalisme
dan pendidikan. Pendidikan merupakan sarana paling penting bukan hanya sebagai
wahana konservasi dalam arti tempat pemeliharaan, pelestarian, penanaman, dan
pewarisan nilai-nilai dari tradisi suatu masyarakat, tetapi juga sebagai sarana
kreasi yang dapat menciptakan, mengembangkan dan mentransfornasikan umat ke
arah pembentukan budaya baru. Oleh karena itu, tokoh-tokoh pembaharuan Islam
banyak menggunakan pendidikan Islam, baik yang bersifat formal, non-formal,
untuk menyadarkan umat kembali kepada kejayaan Islam seperti masa lampau.
Pelaksanaan inovasi pembelajaran berdasarkan alasan-alasan tertentu.
Sebagaimana Hasbullah (2006:191) merumuskan, hal yang menuntut diadakannya
inovasi pendidikan di indonesia di antaranya; Alat Perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi, pertambahan penduduk, meningkatkan amino masyarakat
untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik, menuntut kualitas pendidikan,
kurang adanya relevan antara pendidikan dan kebutuhan masyarakat dan belum mekarnya
organisasi yang efektif. Dalam Islam juga di perintahkan tentang pembaharuan
sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran Surah Al-Hasyr ayat 18;
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-Hasyr [59]:
18).
Begitu juga dalam surah Ar-Ra'd ayat 11, dijelaskan bahwa Allah tidak akan
merubah nasib suatu kaum manakala kaum itu enggan merubahnya;
Artinya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan
sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (Q.S. Ar-Ra'd [13]:
11)
Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam tidak lebih tahu tentang ilmu
dunia dibandingkan para shahabatnya. Di antara buktinya adalah hadits dari Anas
tentang mengawinkan kurma;
Suatu ketika Nabi shallallahu „alaihi wa sallam melewati sahabatnya yang
sedang mengawinkan kurma. Lalu beliau bertanya, “Apa ini?” Para sahabat
menjawab, “Dengan begini, kurma jadi baik, wahai Rasulullah!” Beliau shallallahu’alaihi
wa sallam lalu bersabda;
“Seandainya
kalian tidak melakukan seperti itu pun,
niscaya kurma itu tetaplah bagus.”
Setelah beliau berkata seperti itu, mereka lalu tidak mengawinkan kurma
lagi, namun kurmanya justru menjadi jelek. Ketika melihat hasilnya seperti itu,
Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bertanya;
“Kenapa
kurma itu bisa jadi jelek seperti ini?”
Kata mereka, “Wahai Rasulullah, Engkau telah berkata kepada kita begini dan
begitu…” Kemudian beliau shallallahu’alaihi wa sallam bersabda;

“Kamu
lebih mengetahui urusan duniamu.”
(HR.
Muslim, No: 2363)
Berdasarkan ayat dan hadits Rasulullah SAW di atas dapat difahami bahwa
Islam pun mengajarkan kepada pemeluknya untuk selalu melakukan perubahan atau
pembaharuan (Inovasi) untuk menuju masa depan yang lebih baik. Islam memuliakan
manusia sebagai khalifah dibumi dengan dibekali alam dan akal untuk dapat
mengelolanya. Hal ini dimaksudkan agar manusia mampu memanfaatkan potensi yang
dimilikinya untuk kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Inovasi pendidikan adalah usaha mengadakan perubahan dengan tujuan untuk
memperoleh hal yang lebih baik dalam bidang pendidikan atau untuk memperbaiki
aspek-aspek pendidikan agar lebih efektif dan efisien. Sedangkan Inovasi
pembelajaran adalah sebuah upaya pembaharuan terhadap berbagai komponen yang
diperlukan dalam penyampaian materi pelajaran dari pendidik kepada peserta
didik dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang berlangsung.
Tujuan inovasi tersebut yaitu untuk memecahkan persoalan pendidikan yang timbul
dan memperbaiki suatu keadaaan pendidikan, atau proses pendidikan tertentu yang
terjadi dimasyarakat.
Karakteristik
inovasi pendidikan antara lain 1) keunggulan reatif, manfaat, menguntungkan
pengguna, ekonomis, kepuasan pengguna; 2) kompleksitas, kerumitan, tingkat
kesulitan; 3) kompatibilitas, kesesuaian dengan nilai, kesesuaian dengan
pengalaman, kesesuaian dengan kebutuhan; 4) trialabilitas, dapat diuji coba,
bergerak dan fakta; dan 5) observability, dapat diamati, terlihat, dapat
dirasakan.
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an. Bandumg : PT Dinamika Cahaya Pustaka. Graha Jabar
Ekspres
Danim, Sudarwan. (2002).
Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan.
Bandung: CV Pustaka Setia.
Inovasi
(Def 1 dan 2) (n.d). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. Diakses melalui http://kbbi.web.id/inovasi,
23 September 2019.
Mesiono, Syafaruddin, Asrul . 2012. Inovasi
Pendidikan (suatu analisis terhadap kebijakan baru pendidikan). Medan :
Perdana Publising.
Muhammad
Kritiawan, dkk. (2018). Inovasi Pendidikan. Babadan Ponorogo: Wade Group
Rusdiana. H.A. 2014. Konsep Inovasi
Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia.
Subadi,
Tjipto. 2013. Inovasi Pendidikan. Surakarta: Muhammadiyah University Press.
Bagi yang membutuhkan filenya bisa di download di link di bawah ini :
MAKALAH KONSEP DASAR INOVASI PENDIDIKAN.WORD
Makalah Konsep Dasar Inovasi Pendidikan - Ifan Maulana.pdf
KONSEP DASAR INOVASI PENDIDIKAN.PPT
Terima Kasih sudah berkunjung ke blog saya yang sederhana ini 😁😁